Membangun Masa Depan Berkelanjutan di Natuna Melalui Geopark

Natuna22 views

Wahanaindonews.com, Natuna – Geopark atau taman bumi telah menjadi instrumen penting dalam upaya pelestarian alam di berbagai wilayah Indonesia. Geopark adalah kawasan yang memiliki unsur-unsur geologi bernilai tinggi, baik dari segi ilmiah, estetika, maupun budaya, yang berperan strategis dalam menjaga kelestarian alam sekaligus meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Geopark bukan hanya destinasi wisata, tetapi juga memiliki fungsi edukasi, penelitian, dan konservasi. Dengan melibatkan masyarakat lokal, geopark menjadi sarana penyebaran kesadaran akan pentingnya menjaga lingkungan. Program-program edukatif yang dihadirkan geopark mengajarkan masyarakat mengenai pelestarian warisan geologi, keanekaragaman hayati, dan budaya lokal.

Geopark juga berkontribusi dalam mengurangi ancaman kerusakan lingkungan dengan mengatur penggunaan lahan berdasarkan prinsip keberlanjutan, menjaga ekosistem alami, serta mempromosikan pariwisata berkelanjutan. Melalui pendekatan ini, geopark membantu meminimalkan dampak negatif aktivitas manusia terhadap lingkungan.

Contoh keberhasilan dapat dilihat dari beberapa geopark di Indonesia, seperti Geopark Gunung Batur di Bali dan Geopark Ciletuh di Jawa Barat, yang berhasil memadukan konservasi alam dengan pembangunan ekonomi lokal, menciptakan ekosistem yang lebih lestari.

Natuna, salah satu kabupaten di wilayah utara Indonesia, ditetapkan sebagai Kawasan Geopark Nasional pada 2018 dan saat ini sedang mempersiapkan diri untuk menjadi bagian dari UNESCO Global Geopark (UGG).

Ketua Harian Geopark Natuna, Basri, menyebutkan bahwa Geopark Natuna adalah anugerah alam yang tidak dimiliki semua daerah. Terletak di Kepulauan Riau, Geopark Natuna dikenal dengan keindahan lanskap geologis yang luar biasa dan potensi besar dalam pelestarian alam serta pengembangan pariwisata berkelanjutan.

Salah satu daya tarik utama Geopark Natuna adalah formasi batuan granit raksasa yang terbentuk lebih dari 100 juta tahun lalu, tersebar di sepanjang pesisir pantai dan laut Natuna. “Batuan-batuan ini tidak hanya menampilkan pemandangan spektakuler, tetapi juga memiliki nilai ilmiah yang tinggi karena menunjukkan sejarah geologi yang panjang dan kompleks,” ujar Basri, Kamis (26/09/2024).

Selain itu, Geopark Natuna kaya akan keanekaragaman hayati, menjadi rumah bagi flora dan fauna endemik, termasuk spesies laut yang dilindungi. Terumbu karang yang terjaga dengan baik serta keanekaragaman biota laut menjadikan Natuna surga bagi peneliti dan pecinta alam.

Sebagai bagian dari jaringan geopark, Natuna berfokus pada pelestarian alam dengan melindungi warisan geologis, keanekaragaman hayati, dan ekosistem laut yang rentan terhadap kerusakan akibat aktivitas manusia.

Geopark Natuna juga mendorong pengembangan pariwisata berkelanjutan dengan melibatkan masyarakat lokal untuk meningkatkan kesadaran lingkungan dan mempromosikan praktik pariwisata ramah lingkungan. Pengelolaan pariwisata dilakukan dengan prinsip menjaga keberlanjutan dan meminimalkan dampak negatif terhadap ekosistem.

Namun, Basri juga mengakui tantangan yang dihadapi Geopark Natuna, seperti isolasi geografis dan aksesibilitas terbatas yang memerlukan upaya ekstra dalam promosi. Upaya pelestarian juga harus konsisten untuk mengatasi ancaman seperti perusakan habitat, pencemaran laut, dan eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkendali.

Meski demikian, Geopark Natuna memiliki peluang besar untuk menjadi destinasi wisata unggulan yang mendukung konservasi. Dengan pengelolaan yang baik, kawasan ini dapat menjadi contoh bagaimana pelestarian alam dapat berjalan beriringan dengan pemberdayaan ekonomi masyarakat lokal melalui pariwisata.

“Geopark Natuna adalah permata alam yang menggabungkan keindahan geologis, keanekaragaman hayati, dan upaya konservasi, yang sangat penting bagi masa depan lingkungan di Indonesia,” tutup Basri.

Saat ini, ada delapan situs Geosite Geopark Nasional di Natuna, yakni Pulau Akar, Batu Kasah, Gunung Ranai, Pantai Gua dan Bamak, Pulau Senoa, Pulau Setanau, Senubing, dan Tanjung Datuk. (Oki)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *