Amsterdam, WahanaIndoNews – Pemerintah Belanda menarik 600.000 masker buatan China karena tidak memenuhi standar.
Kementerian Kesehatan Belanda menyatakan, masker itu dipesan untuk digunakan petugas medis yang berada di garis depan dalam menangani para pasien virus corona.
Dilansir dari iNewd.id, Disebutkan, setengah dari 1,3 juta masker yang diduga berjenis N95 (berdasarkan penamaan di Amerika Serikat dan Hong Kong) telah didistribusikan kepada dokter dan perawat.
Masker yang di Eropa dikenal dengan FFP2 atau di China KN95 itu seharusnya memainkan peran penting bagi petugas medis karena mampu memblokir lebih dari 90 persen partikel di udara yang mungkin saja membawa virus corona.
Menurut Kementerian Kesehatan, ukuran masker tidak pas dan filter di dalamnya tidak berfungsi baik. Tidak jelas, apakah makser itu diberikan sebagai sumbangan atau melalui transaksi komersial.
“Karena kurangnya peralatan, kami memosisikan diri dalam situasi di mana satu-satunya peralatan pelindung yang tersedia tidak memenuhi standar tinggi. Ini adalah masalah di semua negara,” bunyi keterangan kementerian, sebagaimana dikutip iNews.id dari SCMP, Senin (30/3/2020).
Pengiriman pertama tiba pada Sabtu lalu dengan sertifikasi kualitas KN95.
Informasi mengenai kualitas masker sampai ke kementerian setelah pihak inspektorat kesehatan melapor.
“Tidak memenuhi kriteria (kualitas). Sebagian dari barang dikirim ke layanan kesehatan, sementara sisa kargo segera ditahan dan tidak didistribusikan lebih lanjut,” kata kementerian.
Masker wajah FFP2 seharusnya dilengkapi filter 92 persen, berdasarkan standar Eropa.
Media penyiaran Belanda NOS, mengutip seorang sumber, masker yang dikirim dari China tidak berkualitas FFP2, bahkan tidak pula memenuhi standar keamanan FFP1.
Sementara itu Kedutaan Besar China di Belanda belum memberikan komentar terkait pernyataan kementerian kesehatan.
Ini bukan masalah pertama melibatkan produk pendukung medis buatan China. Pekan lalu, Spanyol menghentikan penggunaan alat uji Covid-19 yang dibuat perusahaan China. Penyebabnya, hasil penelitian menunjukkan alat itu tidak akurat.
Perusahaan China mengklaim bahwa alat tesnya memiliki tingkat akurasi 80 persen. (ii/jun)