oleh

Ratusan WNI Anggota Jamaah Tabligh Dilaporkan ke Kepolisian India, Sebagian Berada Ditahanan

Jakarta, WahanaIndoNews – Menteri Luar Negeri Indonesia, Retno Marsudi, mengungkap terdapat ratusan anggota Jamaah Tabligh asal Indonesia di India yang terlibat kasus hukum. Mereka diduga melanggar aturan karantina dan imigrasi selama pandemi corona di India.

Hingga Selasa (05/05), menurut Retno, ada sebanyak 276 orang WNI yang dilaporkan ke polisi India karena diduga melakukan pelanggaran.

“Total dari WNI Jemaah Tabligh di India 727 orang. Kemarin 5 Mei, 276 orang WNI di India dilaporkan ke polisi karena diduga melakukan pelanggaran terhadap aturan karantina dan imigrasi. 138 di antaranya berada di tahanan peradilan,” papar Retno melalui akun YouTube Sekretariat Presiden, Rabu (06/05).

Dilansir dari BBC Indonesia, Menlu mengatakan, Presiden Joko Widodo sudah menghubungi Perdana Menteri India, Narendra Modi.

“Ini bukan masalah yang mudah, sejak pertama kita menaruh perhatian. Presiden melaporkan isu ini ke PM Modi dalam sambungan telepon dan saya sendiri juga melaporkan isu ini ke Menlu India,” ujarnya.

Retno menambahkan, perwakilan pemerintah di India terus melakukan pemantauan dan memberikan bantuan hukum terhadap para WNI tersebut.

 

virus corona
Keterangan foto : Seorang anggota Jemaah Tabligh sedang berjalan menuju bus yang akan mengantarkannya ke fasilitas karantina di kawasan Masjid Nizamuddin, India. (BBC)

 

Sebelumnya, Kementerian Luar Negeri Indonesia memastikan 10 WNI anggota Jamaah Tabligh, yang sempat ditahan oleh kepolisian India, sudah dibebaskan.

Kesepuluh orang WNI itu sempat ditahan oleh otoritas hukum India karena terlilit persoalan visa dan ketentuan karantina wilayah atau lockdown di negara tersebut.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Indonesia, Teuku Faizasyah mengatakan, proses hukum 10 WNI anggota Jamaah Tabligh, yang terancam hukuman penjara, diselesaikan dengan cara membayar denda.

“Kan ada juga yang 10 orang diselesaikan kasus hukumnya, dan mereka dinyatakan mereka membayar denda. Jadi itu sudah selesai,” kata Faizasyah kepada BBC News Indonesia, Selasa (28/04).

Mereka adalah bagian dari sekitar 700 orang WNI yang terlibat dalam acara Jamaah Tabligh yang digelar India saat bertepatan dengan merebaknya wabah virus corona.

Sejauh ini, kata Faizasyah, pemerintah Indonesia belum bisa memastikan kapan akan mengevakuasi WNI Jemaah Tabligh di India. Sebab, India masih menetapkan status karantina wilayah.

“Kapan persisnya kita tidak tahu. Jadi, dalam kondisi itu kan tidak ada penerbangan. Jadi memang tidak mungkin ada fasilitasi pemulangan mereka,” katanya.

delhi
Keterangan foto : Semua peserta Tablighi Jamaat di Delhi dipindahkan ke lokasi karantina. ( BBC )

 

Saat ini Kemenlu memprioritaskan penyelesaian kasus-kasus hukum WNI jemaah tabligh di India. Mereka umumnya dituduh memiliki visa bermasalah, dan menyalahi aturan karantina wilayah di India.

“Karena toh juga, yang terkena kasus hukum kan harus diselesaikan dulu kasusnya. Pendampingan hukum, kita juga sudah mencarikan pengacara-pengacara dan nanti mereka akan mendampingi,” kata Faizasyah.

Berapa jumlah WNI di India yang terlibat Jamaah Tabligh?

Sebelumnya, lebih dari 700 WNI mengikuti tabligh di Masjid Nizamuddin di New Delhi, India. Mereka berbaur bersama ribuan warga negara lainnya pada 13 – 15 Maret lalu. Pertemuan besar ini dilaporkan sebagai pemicu penyebaran virus corona di India.

India kemudian menerapkan karantina wilayah. Sebagian besar WNI peserta jamaah tabligh ini dikarantina. Mereka ditempatkan di lebih dari 20 pusat karantina yang tersebar di seluruh India.

Kemenlu per 28 April 2020, mencatat sebanyak 75 WNI jemaah tabligh di India positif Covid-19, sementara 43 di antaranya dinyatakan sembuh.

virus corona
Keterangan foto : Seorang anggota Jemaah Tabligh sedang dibawa ke fasilitas karantina di Nizamuddin, India. ( bbc )

 

Minta pulang, kehabisan uang: ‘Kadang saya di sini makan pakai garam saja’

“Harapan besar kami, supaya pihak pemerintah Indonesia, supaya bisa mengevakuasi kami,” kata salah satu anggota Jemaah Tabligh asal Indonesia di India, Ali Sahbana kepada BBC News Indonesia, Selasa (28/04).

Saat ini Ali bersama dengan 85 WNI menjalani proses karantina di salah satu pusat karantina kawasan New Friends Colony, Delhi.

Warga asal Makassar, Sulawesi Selatan, mengaku sudah menjalani proses karantina sejak awal bulan setelah mengikuti kegiatan Tabligh Akbar di Masjid Nizamuddin, Delhi, India pada pertengahan Maret bersama ribuan orang lainnya.

“Mulai karantina tanggal 2 (April) sampai sekarang,” katanya.

Ia mengaku baru mendapat kabar baik.

“Tadi pagi dapat berita baik dari dokter mengenai berita keadaan kesehatan kami, bahwa semua negatif dari covid-19. Kemudian saya tanya kapan kami bisa keluar dari karantina ini? Itu dokter sampaikan itu tanggal 30 (April) sudah bisa keluar,” kata Ali.

virus corona
Keterangan foto : WNI Jemaah Tabligh di India sedang dalam proses menuju fasilitas karantina. ( bbc )

 

Namun, kabar ini telah ditepis juru bicara Kemenlu Indonesia, Teuku Faizasyah yang mengatakan ‘kapan persisnya kita tidak tahu’.

Selain kabar itu, Ali mengaku bersama puluhan WNI Jamaah Tabligh juga dijanjikan mendapatkan surat keterangan negatif Covid-19 dari otoritas setempat.

“Besok pagi baru mau diserahkan. Cuma tidak tahu apakah satu surat ber empat nama, atau per orang. itu belum jelas juga,” kata Ali.

Selama menjalani masa karantina WNI Jamaah Tabligh tak diizinkan membeli makanan dari luar. Mereka dikurung di dalam ruangan dengan makanan itu-itu saja.

“Karena hampir dari kawan-kawan ini ada yang sudah eneg, sudah tidak bisa masuk lagi, karena makanannya cuma dal. Ya kalau bahasa kasarnya ini bukan lagi makanan untuk Babu. Kadang saya di sini makan pakai garam saja,” kata Ali.

Ali melanjutkan, “Mau nggak mau kita nerimo lah. Daripada nggak makan, sakit, malah dibilang Covid-19 nanti.”

Menurut Ali, saat ini jamaah sudah mulai kehabisan uang. “Kawan-kawan ada yang sempat bicara sisa uangnya itu nggak sampai 1 juta, paling 750ribu lagi,” katanya.

virus
Keterangan foto : Seorang jemaah tabligh di India membawa tasbih saat hendak diantar ke fasilitas karantina.(bbc)

 

Siapakah Jamaah Tabligh?

Organisasi ini didirikan pada 1926 di kawasan Mewat, India utara, oleh seorang ulama Islam terkemuka, Maulana Mohammed Ilyas Kandhlawi.

Tujuannya adalah menanamkan Islam “sejati” di antara umat Muslim sedunia. Kala itu, banyak umat Muslim di India merasa bahwa identitas politik dan agama mereka terancam oleh kekuasaan kolonial Inggris.

Organisasi tersebut kemudian berkembang pesat di India yang saat itu belum terbagi menjadi beberapa negara. Perkembangannya terus meningkat setelah India merdeka pada 1947, bahkan ketika Pakistan dan Bangladesh berdiri.

India
Keterangan foto : Fasilitas karantina sementara di India. (bbc)

 

Apa tujuannya?

Pendiri Jamaah, Mohammed Ilyas, suatu saat pernah berkata, “Oh umat Muslim jadilah Muslim yang baik”. Perkataan itu menjadi inti dari tujuan utama Tablighi Jamaat—mengedepankan ajaran Islam di antara umat Muslim.

Para anggotanya mengklaim Jamaah Tabligh adalah organisasi non-politis yang bertujuan membangun masyarakat Islam berdasarkan ajaran Quran.

Organisasi tersebut mengirim delegasi-delegasinya ke berbagai negara selama 40 hari dalam setahun dan terkadang dalam jangka waktu yang lebih pendek.

Para pensyiar dari organisasi itu menjalankan metode syiar agama orang-per-orang, sehingga mereka akan mendatangi rumah-rumah umat Muslim untuk menyampaikan ajaran Islam.

Apa yang terjadi di Delhi?

Pertemuan di Delhi merupakan acara tahunan yang berlangsung pada 3 Maret, sedangkan kapan berakhirnya ada berbagai versi. Yang jelas, saat acara itu rampung, banyak orang—termasuk 250 warga negara asing—memilih bertahan di sana.

Ditengarai beberapa di antara mereka mengidap Covid-19, yang kemudian menular ke sesama peserta dan menyebar ke seantero India.

delhi
Keterangan foto : Pelacakan hampir 400 kasus Covid-19 berujung pada acara Jamaah Tabligh di Delhi. (bbc)

 

Salah satu anggotanya, Waseem Ahmed, mengatakan kepada BBC Hindi bahwa ratusan delegasi meninggalkan lokasi sebelum karantina wilayah alias lockdown diberlakukan pada 24 Maret. Akan tetapi, lebih dari 1.000 pengikut, termasuk sejumlah warga negara asing, terlantar karena semua moda transportasi dan penerbangan internasional dihentikan.

Sejak saat itu, kepolisian merazia hostel-hostel tempat warga negara asing menginap dan mengarantina mereka di lokasi lain di Delhi.

Pemerintah India kini berupaya melacak dan menguji orang-orang yang hadir dalam acara itu mengingat jumlah kasus Covid-19 yang terkait dengan pertemuan Jamaah Tabligh terus meningkat. Pada Kamis (02/04), media setempat melaporkan kasus positif Covid-19 mencapai 389.

virus corona
Keterangan foto : Jemaah tabligh di India saat menuju fasilitas karantina. (bbc)

 

Apakah ada WNI yang mengikuti acara Jamaah Tabligh?

Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan sebanyak 731 warga negara Indonesia (WNI) mengikuti acara Jamaah Tabligh di India. Mereka tersebar di berbagai negara bagian di India.

“Para jemaah tabligh ini memang terdampak dari kebijakan lockdown yang diterapkan oleh pemerintah India hingga 14 April,” kata Direktur Perlindungan WNI dan Badan Hukum Indonesia Kemenlu RI, Judha Nugraha, dalam konferensi pers virtual, Rabu (01/04).

Judha menuturkan, ada 14 jemaah Tabligh Indonesia yang terinfeksi Covid-19. “Di mana 10 di antaranya sudah dinyatakan sembuh dan empat lainnya masih dalam perawatan dan kondisinya stabil,” paparnya.

Seberapa besar Jamaah Tabligh?

Jamaah Tabligh kini adalah gerakan agama yang mempunyai pengikut di lebih dari 80 negara, termasuk Indonesia, Malaysia, hingga Amerika Serikat.

Organisasi itu punya kantor perwakilan di setiap negara yang ada pengikutnya, namun pusat atau yang disebut Markaz berada di Delhi.

Markaz menempati sebuah gedung beberapa lantai di Nizamuddin, kawasan permukiman Muslim di Delhi. Di Markaz terdapat sebuah masjid dan asrama-asrama yang dapat menampung 5.000 orang.

Acara Biswa Ijtema di Bangladesh digadang-gadang sebagai acara perkumpulan kedua terbesar umat Muslim sedunia setelah ibadah Haji di Arab Saudi.

Jamaah Tabligh juga menyelenggarakan acara-acara besar di luar negeri.

Di Bangladesh, organisasi itu menggelar acara bertajuk Biswa Ijtema, yang digadang-gadang sebagai acara perkumpulan kedua terbesar umat Muslim sedunia setelah ibadah Haji di Arab Saudi.

Di Indonesia, pada pertengahan Maret lalu, ribuan orang berkumpul mengikuti Ijtima Jamaah Tabligh se-Asia di Desa Pakkatto, Kecamatan Bontomarannu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan. Belakangan acara itu dibatalkan setelah mendapat desakan aparat.

Organisasi ini juga punya beberapa pengikut ternama di Asia Selatan.

Beberapa di antaranya adalah sejumlah anggota tim nasional kriket Pakistan, termasuk Shahid Afridi dan Inzamam ul-Haq.

Mantan Presiden Pakistan, Farooq Legari serta Mohammed Rafiq Tarar juga diyakini menjadi pengikut. Adapun mantan Presiden India, Dr Zakir Hussain, dikaitkan dengan gerakan ini. (bbc/jun)

Komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

News Feed